Winny Oktavina, Sang Penerus Butet "Terlahir Kembali" di Turnamen Internal PBSI


 Beberapa pebulutangkis Pelatnas di semua bagian (tunggal putra, tunggal putri, ganda putra, ganda putri, serta ganda kombinasi) tampil dalam pertandingan internal. Mereka bermain menantang rekanan sendiri.

Menjadi Perumus Togel Handal

Kompetisi ini dikemas tidak sama dengan game yang mereka mainkan semasa latihan. Ada referee, wasit, hakim servis, hakim garis, dan tim match control. Plus hadiah buat juara. Sedetailnya berada di sini.


Nah, mulai Rabu (8/7/2020) ini hari, kompetisi ini mainkan bagian tunggal putra. Awalnya, ganda putra jadi pembuka dengan pasangan Fajar Alfian/Yeremia Erich yang menjadi juara. Serta, akhir minggu tempo hari, bagian ganda kombinasi usai hebat.


Di bidang ganda kombinasi, pasangan paling baik Indonesia sekarang ini, Praveen Jordan serta Melati Daeva Oktavianti, tampil untuk juara.


Tetapi, sorotan spesial tertuju pada pasangan yang mereka taklukkan di final, yaitu Besar Bintang Cahyono serta Winny Oktavina Kandow. Intinya Winny.


Ada apakah dengan Winny?


Buat remaja asal Sulawesi Utara ini, kompetisi itu punyai arti lain. Tidak cuma tempat untuk pemanasan. Bukan juga sebatas melepas kangen di waktu kevakuman kompetisi karena epidemi.


Winny (21 tahun) seperti ingin memberikan informasi ke orang-orang di PP PBSI. Termasuk juga ke beberapa badminton lovers di Indonesia. Informasi jika dianya pemain muda prospek. Ia ingin memperlihatkan dapat move on dari narasi kemarin.


Narasi apa?


Narasi yang bermula di akhir tahun 2018 yang lalu. Saat PBSI lewat pelatih ganda kombinasi, putuskan untuk menjodohkan Winny dengan pemain senior, Tontowi Ahmad. Mereka berpasangan selama setahun 2019.


Buat Winny, itu ketetapan besar untuk profesi bulutangkisnya. Ketetapan yang dapat membuat dianya naik dalam sekejap ke panggung paling atas bulu tangkis dunia.


Bagaimana tidak, dianya akan bermain dengan Tontowi. Pemain yang sudah mendapatkan hampir segala hal saat bermain dengan Liliyana Natsir. Dari juara All England, juara dunia, sampai mendapatkan emas Olimpiade 2016.


Tentunya, Winny akan mendapatkan sorotan media internasional semakin besar dibandingkan awalnya. Serta, saat PBSI putuskan pilih ia untuk pendamping Tontowi, itu telah jadi kabar besar.


Memang, sebelumnya ada ketetapan itu, terdapat beberapa orang yang mengetahui kualitas permainan Winny. Itu berawal saat di bulan Juli 2018, Winny yang masih tetap berumur 19 tahun, dapat tembus semi-final Singapore Open 2018 bersama-sama AKbar Bintang Cahyono.


Beberapa orang terpana dengan permainannya. Ia nampak jago bermain di muka net. Tenang. Tidak grusa-grusu. Pandai tempatkan bola (shuttle cock). Responnya cepat. Pukulannya cepat.


Lihat permainan Winny, orang jadi ingat dengan Liliyana Natsir. Kebetulan, kedua-duanya saling datang dari Sulawesi. Winny juga disebut untuk calon penerus keberhasilan Butet--panggilan Liliyana.


Saat bermain bersama-sama Besar, Winny sukses mendapatkan gelar di kompetisi internasional. Mereka juara Hyderabad Open Super 100 di India pada September 2018. Perolehan itu jadi penegas. Jika pasangan Besar serta Winny punyai kekuatan.


Karena itu, saat PBSI memberitahukan Winny akan terpasangkan dengan Tontowi yang berarti berpisah dengan Besar, ada banyak penggemar bulu tangkis yang sebenarnya kurang sreg. Mengapa harus Winny. Bukan lainnya.


Saya juga pernah berasa demikian. Rasa-rasanya eman (sayang). Akbar-Winny yang punyai kekuatan 'meledak' harus dibagi. Walau sebenarnya, untuk pasangan muda, tinggal terus dimatangkan dengan tampil di kompetisi-turnamen.


Tetapi, beberapa pelatih di PBSI tentunya juga punyai gagasan saat memasangkan Winny dengan Tontowi. Hadirnya Tontowi/Winny akan makin hidupkan pertandingan di ganda kombinasi Pelatnas.


Beberapa pelatih tentunya punyai insting ke depan. Termasuk keinginan untuk melambungkan Tontowi/Winny.


Siapa tahu mereka langsung dapat nyetel. Seperti waktu China memasangkan Zheng Siwei/Huang Yaqiong langsung panen gelar serta sampai sekarang jadi pasangan world number one.


Sayangnya, fakta tidak sama dengan keinginan. Pasangan Tontowi/Winny tidak cocok keinginan. Dari seringkali tampil di kompetisi, mereka belum pernah dapat tembus final.


Selanjutnya, sesudah lakukan penilaian, PBSI putuskan untuk memasangkan kembali lagi Winny dengan Besar. Lalu, Tontowi selanjutnya pilih mundur dari Pelatnas.


Sebetulnya, mengapa Tontowi/Winny "tidak jalan"?


Menurut saya ada banyak pemicu. Ada unsur external. Seperti kompetisi di bidang ganda kombinasi dunia sekarang ini benar-benar sangat ketat. Tidak kalah ketat dari bagian ganda putra.


Ditambah lagi, Tontowi serta Winny harus berkompetisi dengan beberapa pasangan teratas dunia yang pasti telah bertambah padu dari mereka. Karena, mereka telah lama bermain bersama-sama.


Ada pula unsur internal. Tetapi yang pasti, saya tidak ingin mempersalahkan bagian personal. Karena, di bulu tangkis, bermain ganda memang perlu chemistry di antara dua pemain. Tidak cuma menonjolkan kekuatan satu pemain.


Sebab 2 orang, perlu komunikasi yang cair. Tidak berasa canggung. perlu penyesuaian keduanya sebab mereka awalnya bermain dengan pemain tidak sama dengan style main beda.


Nah, proses pahami keduanya itu kadang tidak dapat cepat seperti rebus mie instant. Perlu waktu. Permasalahannya, Tontowi serta Winny diminta berlomba dengan waktu.


Mereka harus selekasnya mendapatkan hasil bagus dalam kompetisi yang ketat untuk memburu point ke arah Olimpiade. Jadi, mereka seakan diminta padu secepat-cepatnya. Tidak ada waktu untuk 'pendekatan'.


Boleh-boleh saja saat ada orang menyebutkan pasangan ini tidak berjalan sesuai dengan keinginan sebab Tontowi tidak dapat ngemong Winny saat bermain. Atau sebab Winny dipandang kurang dapat bermain terlepas sebab sungkan dengan seniornya. Itu opini orang. Serta tiap orang memiliki hak memiliki pendapat.


Tetapi yang pasti, tidak ada pemain yang ingin tidak berhasil. Semua ingin sukses. Tetapi jika hasilnya tidak sama dari keinginan, cukup itu jadi evaluasi. Tak perlu terus menerus baper. Harus move on.


Winny Move On, tampil mengagetkan di Kompetisi PBSI


Secara singkat, Winny dapat move on dari waktu lalunya. Narasi move on itu yang dipertunjukkan Winny di kompetisi internal PBSI itu. Ia bermain bagus bersama-sama Besar. Ia seperti 'terlahir kembali'.


Di laga pertama, Winny/Besar menang gampang atas pasangan Teges Satriaji/Indah Cahya Sari Jamil, 21-11, 21-10. Di pertandingan ke-2, Besar/Winny buat surprise saat menaklukkan senior mereka, Hafiz Faizal/Gloria Widjaja. Pasangan rangking 8 dunia itu mereka taklukkan dua game langsung, 22-20, 21-16.


Lalu, di perempat final, Besar/Winny menaklukkan Andika Ramadiansyah/Marsheilla Gischa Islami melalui pertempuran rubber ketat, 19-21, 21-13, 21-19.


Di pertandingan yang ke-2 pasangan telah saling tahu kelebihan kekurangan semasing sebab seringkali berjumpa di session latihan, Winny tampil yakin diri. Serta, saat keadaan match poin, ia dengan pedenya lakukan flick service.


"Nekat saja. Kami tidak sempat tahu jika tidak dicoba. Pilihannya hanya dua. Kami yang bisa point atau musuh," tutur Winny diambil dari badmintonindoensia.ina


Kedua-duanya tampil kembali bagus di semi-final saat berjumpa Rinov Lawandy/Pitha Mentari yang berada di rangking 18 dunia serta adalah pasangan ganda kombinasi ke-3 Indonesia. Besar/Winny menang rubber game 15-21, 21-18, 21-11. Mereka juga maju ke final. Sebelum disetop favorit 1, Praveen/Melati.


Toh, jadi runner-up bukan hasil yang jelek. Karena, mereka tidak difavoritkan tetapi dapat singkirkan beberapa favorit. Ditambah, Besar/Winny barusan "rujuk" sesudah satu tahun bertambah berpisah.




Kembali lagi bermain bersama-sama sesudah lama bermain dengan pemain lain, pasti tidak gampang. Merilis dari badmintonindonesia.org, Winny akui pernah berasa seperti anak kecil yang baru belajar berjalan. Susah buatnya. buat Besar.




"Jika banyak yang melihat kami bermain bagus di kompetisi ini, sebetulnya di awal-awal kalut sekali. Tidak bisa feel-nya benar-benar. Permainan Besar serta bang Owi (Tontowi) kan beda. Biasnya bang Owi nutup di sini, Besar tidak, sebab pemikirannya beda. Jadi saya harus penyesuaian lagi," papar Winny.


Menariknya, Winny menyentuh Tontowi. Diakuinya susah saat dengar Tontowi pensiun dari Pelatnas sebab menganggap belum dapat mendapatkan hasil optimal semasa berpasangan.


Tetapi, diakuinya dapat belajar banyak pengalaman dari saat berpasangan dengan Tontowi. Belajar apa yang kurang menjadi pasangan yang sama-sama lengkapi. Belajar keutamaan rekanan yang cair saat bermain ganda. mengenai yakin diri.


"Tidak dapat disangkal, saya bisa sangat banyak pelajaran dari bang Owi. Dari mulai tehnis, membaca musuh, sampai langkah menangani jika kita mainnya lagi tidak enak," papar Winny seperti diambil disini.


Selanjutnya, kita mengharap, kompetisi di dalam rumah sendiri yang diadakan PBSI buat beberapa pebulutangkis Pelatnas itu, dapat berefek bagus. Bukan hanya isi kevakuman kompetisi karena epidemi.


Lebih dari itu, beberapa pemain muda dapat juga bertambah yakin diri. Dan, menilai apa yang penting diperbarui. Serta, saat kelak, kompetisi BWF World Tur, mereka betul-betul siap. Bagaimana juga, Winny serta beberapa pemain muda yang lain ialah asset buat bulu tangkis Indonesia.


Popular posts from this blog

Usai Vakum Lama, Siapkah Kita Tampil di Piala Thomas dan Uber 2020?

Lin Dan, Sang Maestro Bulu Tangkis Dunia Resmi Pensiun